Home

Saturday, January 17, 2004

Hitam Putih si Hijau Hitam
Aku punya dua orang kakak yang statusnya dahulu kala adalah seorang pemimpin. Namun pada saat ini, hanya salah satu saja dari mereka yang mampu memimpin dirinya sendiri. Kak Urba rela mengembalikan fasilitas yang sebenarnya layak dia dapatkan untuk kerjanya demi bangsa dan negara ini. Sedangkan Kak Amang justru hari ini mulai menempati hotel prodeo di Cipinang. Sungguh kontras keadaan kedua kakakku itu. Demikianlah hal tersebut terjadi sesuai dengan kodrat di dunia ini, bahwa masing-masing makhluk memiliki garis sendiri yang tidak dapat dirubah walaupun beberapa dari mereka melalui jalan dan tertusuk onak yang sama. Lalu apakah dengan begitu kita harus pasrah dan memilih jalan hidup sesuka hati dan tidak mengindahkan aturan-aturan yang ada. Seperti banyak kasus yang terjadi pada perbankan kita, dimana justru para pimpinan - yang seharusnya menjadi suri tauladan - banyak yang melakukan tindak kriminal. Dengan demikian terlihat betapa bobroknya sistem yang terdapat di sana. Karena mereka dengan sadar bersedia dipimpin oleh seorang penjahat kerah putih.
Lalu aturan mana yang harus kita patuhi. Sedangkan mereka para pembuat aturanlah yang paling sering melanggar aturan - karena kecerdasan mereka dalam pengetahuan mengenai celah-celah yang dapat dikhianati. Dimana dengan segenap kelihaian mereka, aturan yang ada seolah hanya berlaku untuk subyek yang bodoh, bukan untuk mereka yang cerdas tetapi berwatak culas. Sehingga sesungguhnya aku tidak perlu heran dan bingung lagi terpukau atas kontradiktifnya kehidupan kedua kakak yang lahir dari satu rahim yang sama. Dari penglihatan kasar, nampak jelas bahwa tidaklah guna lingkungan membentuk diri seseorang jika pribadinya sudah terbentuk oleh tetesan air watak yang terus menerus melubangi busuk hatinya. Dan semoga putihnya qalbu kita yang masih suci murni, tidak tergerogoti oleh semakin menggilanya keadaan dunia ini - khususnya kota jogja yang mana pada saat ini pesta sex secara masal mulai menjadi kegiatan yang perlahan tidak ditabukan lagi. Semoga sekeras apapun kehidupan dunia ini, diri kita masih dapat menerima hembusan angin surga yang membelai lembut jiwa dan raga sehingga terhanyut dan terus bergelayut untuk menyongsong pintu surga yang (insya allah) terbuka untuk kita masuk kedalamnya. Amien.

No comments: